Bunyi mesin potong chainsaw itu menjerit pada setiap malam, karena siang hari beberapa Jagawana selalu waspada. Pada malamlah sedikit demi sedikit habitat vegetasi ini digerus untuk kepentingan ekonomi, hingga kini dinyatakan hampir 200 hektar tutupan hutan Sancang sudah terbuka. Itupun untuk cakupan kekayaan flora, tentunya berdampak pula pada faunanya. “Bukan menggunakan kampak lagi, tetapi sudah menggunakan chainsaw!” seru pemuka masyarakat, juga merangkap kuncen. Upaya kami sekarang adalah siap-siap tempur, tutupnya. Kalimat keras yang meluncur tegas dari seorang kang Adang, menyikapi pembalakan liar yang terorganisir.
Comments
Maaf Kang Deni mengenai cerita ataupun disebut sejarah yang diwariskan secara tradisi lisan ataupun tulisan ada beberapa kekeliruan. Salah satunya dikatakan Prabu Siliwangi tanding/perang/berselisih dg Prabu Kian Santang itu keliru dan cerita bohong. Yang sebenarnya Prabu Siliwangi sudah muslim dan mendukung penyebaran Islam. Yang ada adalah pertemuan Bapak dan anak di Cilauteureun, isinya Prabu Kian Santang meminta maaf kepada Bapaknya karena dalam waktu yang lama meninggalkan keluarga sekaligus kerajaan. Beliau disadarkan oleh Sayidina Ali …..dst kalau diungkap di sini panjang ceritanya
Hatur nuhun kang Yoppy, data diterima dari sumber wawancara kuncen.
Penjelasan detailnya insyaallah Majelis Zikir Kursi Seukeut Paningal (KSP) punya datanya. Terima kasih kepada Kang Deni Sugandi yang sudah mempunyai tekad untuk merawat alam khususnya yg ada di wilayah Sancang. Hayu urang sasarengan.