• Home
  • About
Deni Sugandi
  • Home
  • About
Theme by Cohhe
MEMANGKU NYANGKU DI PANJALU

Upacara yang selalu dilaksakan setiap tanggal 24 Mulud (Rabiul-Awal)...

Uncategorized 0
PARA PEMANGKU PUSAKA RAJA GALUH DI BUMI ALIT

PARA PEMANGKU PUSAKA RAJA GALUH DI BUMI ALIT

MEMBAWA PUSAKA LELUHUR DI BUMI ALIT

MEMBAWA PUSAKA LELUHUR DI BUMI ALIT

WARGA MEMPERSIAPKAN RITUAL NYANGKU

WARGA MEMPERSIAPKAN RITUAL NYANGKU

PUSAKAN DIKAWAL DIBAWA KE SITU PANJALU

PUSAKAN DIKAWAL DIBAWA KE SITU PANJALU

GEMBYUNG BUHUN PANJALU

GEMBYUNG BUHUN PANJALU

PEMBAWA AIR PUSAKA DARI TUJUH MATA AIR

PEMBAWA AIR PUSAKA DARI TUJUH MATA AIR

ROMBONGAN MEMBAWA PUSAKA KE PULAU NUSA LARANG

ROMBONGAN MEMBAWA PUSAKA KE PULAU NUSA LARANG

PEDANG PENINGGALAN KERAJAAN GALUH

PEDANG PENINGGALAN KERAJAAN GALUH

PEDANG YANG DIYAKINI PENINGGALAN SAYIDDINA ALI

PEDANG YANG DIYAKINI PENINGGALAN SAYIDDINA ALI

Upacara yang selalu dilaksakan setiap tanggal 24 Mulud (Rabiul-Awal) dalam penanggalan Hijriah, di Desa Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ritual ini adalah tradisi masyarakat untuk menghormati Raja Panjalu Borosora, yang mengenalkan Islam dalam ideologi pemerintahannya (Panjalu), peralihan dari Hindu di masa pemerintahan Bunisora. Upacara ini diungkapkan dalam bentuk pensucian kembali pusaka Galuh, diantaranya yang diyakini pedang pemberian Sayiddina Ali, Keris, Kujang, Tombak dan benda pusaka lainya, dengan cara dimandikan menggunakan Tirta Kahuripan disimpan dalam lodong (bambu) berisi air dari sembilan sumber air keramat dan bersejarah pada masa penyebaran Islam. Acara dimulai pagi hari, mengeluarkan pusaka dari Bumi Alit dengan cara digendong dan ditutupi oleh samping kebat (kain batik), kemudian diarak diringi Gembyung dan Shalawat, menuju Nusa Gede, Situ Panjalu, bagian dari napak tilas. rombongan kembali ke alun-alun Panjalu, ditutup dengan memandikan pusaka dan disimpan kembali ke Bumi Alit. ©2014 Deni Sugandi” width=”1000″ height=”662″ /> UPACARA NYANGKU DI PANJALU
Upacara yang selalu dilaksakan setiap tanggal 24 Mulud (Rabiul-Awal) dalam penanggalan Hijriah, di Desa Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ritual ini adalah tradisi masyarakat untuk menghormati Raja Panjalu Borosora, yang mengenalkan Islam dalam ideologi pemerintahannya (Panjalu), peralihan dari Hindu di masa pemerintahan Bunisora. Upacara ini diungkapkan dalam bentuk pensucian kembali pusaka Galuh, diantaranya yang diyakini pedang pemberian Sayiddina Ali, Keris, Kujang, Tombak dan benda pusaka lainya, dengan cara dimandikan menggunakan Tirta Kahuripan disimpan dalam lodong (bambu) berisi air dari sembilan sumber air keramat dan bersejarah pada masa penyebaran Islam. Acara dimulai pagi hari, mengeluarkan pusaka dari Bumi Alit dengan cara digendong dan ditutupi oleh samping kebat (kain batik), kemudian diarak diringi Gembyung dan Shalawat, menuju Nusa Gede, Situ Panjalu, bagian dari napak tilas. rombongan kembali ke alun-alun Panjalu, ditutup dengan memandikan pusaka dan disimpan kembali ke Bumi Alit. ©2014 Deni Sugandi[/caption]

Upacara yang selalu dilaksakan setiap tanggal 24 Mulud (Rabiul-Awal) dalam penanggalan Hijriah, di Desa Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ritual ini adalah tradisi masyarakat untuk menghormati Raja Panjalu Borosngora, yang mengenalkan Islam dalam ideologi pemerintahannya (Panjalu), peralihan dari Hindu di masa pemerintahan Bunisora. Upacara ini diungkapkan dalam bentuk pensucian kembali pusaka Galuh, diantaranya yang diyakini pedang pemberian Sayiddina Ali, Keris, Kujang, Tombak dan benda pusaka lainya, dengan cara dimandikan menggunakan Tirta Kahuripan disimpan dalam lodong (bambu) berisi air dari sembilan sumber air keramat dan bersejarah pada masa penyebaran Islam. Acara dimulai pagi hari, mengeluarkan pusaka dari Bumi Alit dengan cara digendong dan ditutupi oleh samping kebat bermotif batik(kain yang biasanya digunakan perempuan), kemudian diarak diringi Gembyung Panjalu dan Shalawat, menuju Nusa Gede, Situ Panjalu, bagian dari napak tilas.  Rombongan kembali ke alun-alun Panjalu, ditutup dengan memandikan pusaka di depan masyarakat, kemudian disimpan kembali di Bumi Alit.

Previous
GUHA WALET MANDALAMEKAR TASIK SELATAN

Uncategorized
0
Next
URBAN DI KAKI KARS

Uncategorized
0

Add comment Cancel reply

Enter your comment
Enter your name
Enter your email