Sesekali tarikan nafas berat itu berlomba dengan asap yang keluar dari solfatara. Bau belerang yang menyengat tidak saja mengganggu pernafasan, tetapi memedihkan mata seketika. Dalam situasi seperti itu, para penambang belerang tahu persis bagaimana harus bertindak. Ia cukup menarik nafas dalam-dalam beberapa saat, hingga angin menghembuskan asap ke arah lain, kemudian mereka melanjutkan pekerjaan.
Adegan ini menjadi santapan sehari-hari bagi para penambang tradisional belerang di kawah Ijen ( 2.386 m), dilema berburu rupiah dan kurangnnya perhatian keselamatan dalam waktu yang bersamaan. Penambangan belerang di dasar kawah, dilakukan secara manual oleh warga setempat, melalui manajemen perusahaan tambang swasta resmi PT Candi Ngrimbi yang ditunjuk pemerintah daerah. Panen belerang dilakukan dengan cara mengalirkan gas dari lubang fumarol, melalui pipa yang disusun dan di arahkan ke bawah dan ditampung. Hasil sublimasi ini menjadi belerang cair kemudian mendingin dan diendapkan berwarna kuning cerah. Serpihan belerang murni ini dengan bobot 60 kg hingga 90 kg ini dipikul, untuk ditimbang ke pengepul di pos Paltuding. Dalam satu hari, kuli tambang bisa melakukan 2 hingga 3 kali pengambilan, dengan upah angkut antara Rp. 50.000. hingga Rp. 80.000. per angkut.
Selain tambang belerang, Ijen memiliki danau kawah hiper asam di dunia, bahkan setara dengan air aki, atau tingkat pH di bawah empat (Sugiarto, 2012). Secara administrasi terletak di kampung Licin, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Dilihat dari morfologi, pegunungan Ijen terletak di bagian timur pulau Jawa, mulai dari selat Bali hingga Bondowoso, menempati luas kurang lebih 500 km persegi. Terdiri dari dataran tinggi, bukit-bukit gunung api di dalam kaldera, lereng dan dataran yang merupakan daerah pengendapan, yang disusun endapan vulkanik, antara lain abu gunung api, lapili, bom gunung api dan leleran lava.
Kemmerling (1921) membagi Ijen menjadi lima satuan; runtuhan gunung api Ijen tua (G. Kendeng dan G. Ringgih, kelompok gunung api sebelah timur termasuk G. Merapi, Kawah Ijen G. Papak, Widodaren dan Pawenan. Gunung api sebelah selatan termasuk G. Rante, Cilik (1.600 m), kelompok gunung api sebelah barat diataranya G. Jampit dan terakhir adalah dataran tinggi Ijen dengan kelompok gunung parasit, G. Kukusan, Deleman, Pendil, G. Kenteng, Panduan, Anyar dan G. Lingker.
Selain keindahan bentanglahan dengan panorama matahari terbit, Ijen pun sering dikunjungi wisatawan untuk menyaksikan cahaya biru (blue flame) pada malam hari. Pesona cahaya yang terbentuk karena proses terbakarnya sulfur dengan temperatuh 600 derajat celcius, yang muncul dari rekahan kawah, didorong kepermukaan karena tekanan gas yang sangat tinggi.
Menuju lokasi ini bisa ditempuh dari Surabaya melalui Bondowoso yang relatif landai, dibandingkan melalui jalur Banyuwangi yang sempit dan terjal menuju Pos Paltuding. Dari pos ini diperlukan waktu dua jam lebih jalan kaki mendaki hingga tepi kawah Ijen. Dibutuhkan ekstra hati-hati menuruni batuan terjal, yang disusun menjadi tangga ke dasar kawah, lokasi tambang dan danau kawah gunung api. Tambang belerang warisan kolonial ini, kini diusahakan menjadi bagian tujuan wisata alam terbaik di Jawa Timur, dengan melibatkan peran warga turut aktif menawarkan jasa pemanduan hingga pengelolaan penginapan dan warung makanan, sehingga mendatangkan berkah ekonomi bagi warga setempat. Teks & Foto: Deni Sugandi