Dua tahun lebih, tangannya bergelut dengan batuan pasir dan breksi, batu terkeras yang pernah ada. Lebih dari lima puluh pahat dan beberapa godam lenyap ditelan waktu. Hanya satu yang menguatkannya, yaitu tekad bapak Bohon, menuntaskan terowongan tinggi satu meter setengah, lebar satu meter hingga menembus sisi gunung, sepanjang enam puluh meter lebih. Terowongan ini tembus hingga ke sisi timur gunung Tumpeng. Dari titik inilah bisa menerawang aliran Ci Laki, pembatas antara kabupaten Cianjur dan Garut.
Dialah yang membobok bolong gunung Tumpeng, di desa Sukamantri, kecamatan Cisewu Garut Selatan. Pria paruh baya yang kesehariannya sebagai petani buruh garap musiman, tidak pernah mengetahui kenapa harus menggali, hingga istrinya meninggal dua tahun kemudian. Dari titik inilah, ia berhenti begitu saja, entah karena cemoohan warga atau kehilangan motivasi, seiring waktu, pa Bohon menggadaikan angannya. Ternyata lebih sulit menggali kedalam hati sendiri dibandingkan menggali terowongan.
“Mungkin suatu saat, tempat ini menjadi tujuan wisata dan saya sudah mempersiapkan wahana wisata, terowongan” polosnya. Entah karena terngiang cerita Yuyu Yusanah, pembuat terowongan seorang diri untuk saluran irigasi, di kecamatan Bantarujeg Majalengka tahun 1992, atau karena niatan lain, yang jelas ia telah menuntaskan enam puluh meter, menembus gunung sumbat lava ini di atas ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Pa Bohon telah membuktikan, tekad lebih kuat dari baja. (denisugandi)