Gua ini dahulu bekas pembuangan mata-mata Belanda pada masa perang revolusi. Dibagian mulut gua terdapat batu seperti kerbau, dan disampingnnya terdapat pohon Asem, kemudian diambil oleh masyarakat dijual untuk pengganti makanan, karena di desa Blangkunang (kemudian diganti Jatijajar: ada dua pohon jati dua berjajar, kemudian disebut Jatijajar). Batang pohon digunakan untuk kayu bakar kapur. Pertama kali ABRI (angkatan bersenjata RI), menambang fosfat untuk penggunaan pupuk tanaman. Dilakukan secara berestafet tidak menggunakan alat bantu tambang, dan diperkirakan pada masa Soekarno. Kemudian pertama kali di ekplorasi oleh tim dari Austria (Mike Meredith, Ernst Koschier, Wolfgang Waagner) tahun 1983, hingga 1984, di Gua Barat (Wind Cafe) area Karangbolong, Kabupaten Kebumen* bersama Hikespi oleh Dr. Ko. Menurut Nur Salim, disebut Gua Barat berasosiasi dengan hembusan angin dari dalam gua ke luar, bisa diperkirakan karena tekanan udara yang dihasilkan dari tiga air terjun. Barat disini bukan menunjukan arah mata angin, tetapi bermakna angin. pada saat ekspedisi, diantar oleh Nur Salim sebagai sumber lokal, dihargai sebesar lima ribu rupiah. Jumlah peneliti enam orang; dua perempuan dan tiga laki-laki. Sejak 2003, air dimulut gua Barat dimanfaatkan menjadi sumber mata air masyarakat di desa Jatijajar, desa Redisari, Purwosari dan Pringtutul, didistribusikan menggunakan pipa. Selain memanfaatkan sebagai mata air, kini gua ini diproyeksikan menjadi tujuan wisata umum dan minat khusus, penelusuran gua kars, dipandu oleh warga desa Jatijajar; Yudi Hartono, Fathun Mubharok, Ghufroni dan Ratimin, yang pernah ditraining STP Bandung bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata, tahun 2011 di Wuabong, Purbalingga Jawa Tengah.
Penelurusan Gua Barat, Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Sistem gua kars ini merupakan komplek gugusan kars Gombong selatan. Diinisiasi dalam rangka survey bersama Geomagz Badan Geologi KESDM dan Palawa Unpad, yaitu Baehaqi, Ichsan, Ade Hamid, Andreas Polin, Rizky, Hidayat, Vicko, Margo, Eris, Feri Hendarsim, Ronald Agusta, Dadang Hasanudin (Geopark Ciletuh), dan Deni Sugandi (Geomagz). Perjalanan menuju air terjun Jump Ulysess memakan waktu 3.5 jam, kemudian kembali membutuhkan waktu 3 jam. Pada tahun 1984 telah dipetakan oleh tim dari Austria dibantu Himpunan Kegiatan Speleleologi (Dr. Ko), hingga 8 Km, berakhir di air terjun Superman Big Sister.
*Sumber dari peta Gua Barat hasil laporan survey (Ahmad Hevicko, Palawa Unpad)
Leave a Reply