Mang Ganda, lahir Ganda Suhanda, 04 Desember 1958 (56 tahun, lahir di Garahang, Ciamis) kini menetap di Kampung Pambuaran, Desa Panjalu, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis. Rumah tinggal yang sekaligus sebagai workshop, dengan menampung pekerja seni dari beberapa daerah di Jawa Barat. Sebutan Mang Ganda, disarankan ketika berkunjung ke dinas Kebudayaan Jakarta, karena sebutan tersebut diharapkan bisa harus seperti sebutan Mang Koko. Sejak remaja menyukai dunia artistik, kemudian mengantarkannya menjadi seniman artistik untuk seni pertunjukan, mulai dari helaran hingga panggung teater dan display komersial.
Gagasan Wayang Landung dan karya cipta oleh Pande Radea, kini menjadi kesenian khas kreasi baru Kabupaten Ciamis. Jauh sebelum lahir, berawal dari rangkaian panjang melalui proses kreatif ketika membantu garapan Godi Suwarna, Wayang Kulit Badawang Buta, untuk dipentaskan di ulang tahun Siliwangi. Pada saat itu Pande Radea dan Toni Lesmana menjadi pendukung teknis (Stage Crew). Ide kreatif perwujudan Wayang Landungpun turut dipengaruhi juga oleh Wayang Jalugjug karya Wawan Gunawan, kemudian menjadi Wayang Ajen karya Wawan Gunawan bersama Arthur S. Nalan tahun 1998 di acara Pekan Wayang Indonesia di TMII Jakarta. Wayang Landung ini lahir dan dibuat oleh Pande Radea untuk dipentaskan di Pangandaran Kite Festival tahun 2000 lalu. Pada saat itu beberapa seniman artistik yang terlibat (sebelum Mang Ganda) adalah Aris Didu, Ocha SGBS, Aan Landung, Ato Qios. Untuk penggarapan karakter topeng dan pemilihan warna dikerjakan langsung oleh Pande Radea sebagai kreator. Sedangkan penataan asesoris lainya, dilanjutkan oleh penata artistik.

Tahun 2007, Pandu Radea meminta Mang Ganda untuk membuat kembali versi baru Wayang Landung, untuk dipertunjukan di Jembrana, Bali. Namun waktu pengerjaan yang disediakan adalah sepuluh hari untuk sepuluh bentuk, kemudian disanggupi Mang Ganda. Bentuk wayang yang diciptakan adalah Pandawa Lima dan Nakula-Sadewa. Material yang digunakan adalah kertas dicetak kemudian dilem, kayu, daun yang ditemui dilingkungan pembuatan. Tinggi kurang lebih tiga meter, dengan bobot antara 20 hingga 30 kg, digerakan oleh orang dewasa. Wayang ini pernah dipentaskan dalam beberapa kesempatan helaran dan pentas seni budaya Jawa Barat. (teks: wawancara Mang Ganda di Desa Panjalu, Panjalu, Ciamis & Pandu Radea via Facebook)
Tahun 2007, Pandu Radea meminta Mang Ganda untuk membuat kembali versi baru Wayang Landung, rencana dipertunjukan di Jembrana, Bali. Namun waktu pengerjaan yang disediakan adalah sepuluh hari untuk sepuluh bentuk, kemudian disanggupi Mang Ganda. Bentuk wayang yang diciptakan adalah Pandawa Lima dan Nakula-Sadewa. Material yang digunakan adalah kertas dicetak kemudian dilem, kayu, daun yang ditemui dilingkungan pembuatan. Tinggi kurang lebih tiga meter, dengan bobot antara 20 hingga 30 kg, digerakan oleh orang dewasa. Wayang ini pernah dipentaskan dalam beberapa kesempatan helaran dan pentas seni budaya Jawa Barat. (teks: wawancara Mang Ganda di Desa Panjalu, Panjalu, Ciamis & Pandu Radea via Facebook)