Keluarga mengadu nasib di tepian dermaga Sape, NTB
Hewan purba melata di Rinca, TN Komodo, NTT
Bocah membelah pagi di desa nelayan Batu Putih, Alor Utara, NTT
Senja kala di Labuan Bajo, NTT
Menjaga adat di desa kaum Sasak, Senaru, NTB
Endapan Samalas purba di Lombok Utara, NTB
Tubuh gunung api purba, Labuan Bajo, NTT
Endapan batuan beku di danau vulkanik Sano Nggoang, NTT
Lumbung padi di Cancar Ruteng, NTT
Peraduan nelayan di dermaga Sape, NTB
Bayangan Sangeang Api, Sape, NTT
Nelayan menyambut pagi di Sape, NTB
Bingkai merah putih di dermaga Sape, NTT
Bayangan penumpang menjelang merapat di Aimere, Ngada, NTT
Saya berkesempatan menggunakan kamera seri X, dalam perjalanan satu bulan, menempuh 3700 km menggunakan motor enduro. Perjalanan dimulai sejak 1 hingga 30 Mei, menyambangi Bali, Nusa Tenggara hingga Timor Timur, perbatasan Republik Indonesia dengan Republik Demokrat Timor Leste.
Selama perjalanan “touring” saya menggunakan seluruhnya kamera Fujifilm X-T1, dengan dua lensa zoom, 10-24 mm dan 50-200 mm Fujinon XF. Dua lensa tersebut bagi saya lebih dari cukup, selain membingkai super lebar, hingga ke tele di 200 mm, ekivalen dengan 83 ke 300mm. Dengan lensa lebar yang ekivalen dengan 15-35 mm di full frame, saya bisa meraup pemandangan rangkaian gunung api di sepanjang pelayaran Labuan Bajo hingga Rinca. Di Dermaga Sape, lensa 50-200 mm mampu membingkai bayangan siluet nelayan yang sedang merapat di pelabuhan. Cahaya lembayung begitu baik direkam, termasuk fitur pembacaan pencahayaan yang sulit, antara kontras terang-gelap, masih didapati detail di area gelap.
Di pasar ikan Koka, NTT, dengan mudah saya memaninkan lcd flip, sehingga nelayan tidak begitu terganggu ketika saya foto. Bentuk kamera yang mungil, memberikan kelebihan mendekatkan saya dengan subyek (orang) tanpa merasa terganggu. Begitu juga ketika saya memotret reptil purba di pulau Rinca. Dengan menggunakan fitur flip lcd, dengan mudah membingkai komposisi, tanpa harus khawatir dengan kondisi lingkungan sekitar. Menurut pemandu, Komodo sangat agresif bila terganggu, tetapi saya sangat beruntung menggunakan seri X, karena bisa memotret datar dengan arah pandang mata Komodo.
Seluruhnya saya sangat puas menggunakan kamera seri X, karena sebelumnya beban tas saya bisa lebih dari 20 kilogram! Itupun dalam kondisi teringan, karena memuat dua body DSLR dan dua lensa. Dengan seri X saya bisa bergerak bebas, cukup menggunakna kamera jenis tas pinggang, sehingga tidak direpotkan dengan beban berat.
Di review beberapa blog dan profesional, seri X termasuk kamera yang boros batere, dan fokus yang lambat. Namun saya bisa mengakali dengan membawa 4 batere untuk pemotretan satu hari. Untuk urusan fokus, saya menemukan cara terbaik untuk mengakali kekuarangn kamera ini, yaitu dengan teknik pre-fokus.
Untuk ketahanan, saya sangat terkesan dengan kamera ini, karena dalam seluruh perjalanan 30 hari, kamera saya bawa di tas pinggang, yang berhadapan langsung dengan cuaca terik di Maumere-Larantuka, hingga hujan deras di dataran tinggi Ruteng. Semuanya berfungsi baik, tanpa masalah. Sekali lagi saya sangat terkesen dengan kamera seri X Fujifilm, selain ringan, bisa diandalkan, weather proof, juga fitur yang bisa diatur di sesuaikan keinginan saya.
Leave a Reply