





Alam adalah ruang yang kini bisa dibentuk dan ditata demi keberlangsungan hidup, karena manusia merasa bisa menguasai alam. Namun upaya manusia tersebut sering melanggar keseimbangan alam, sehingga ia murka dan menumpahkan segala amarahnya melalu bencana lingkungan, baik itu berupa tanah longsor, banjir, hingga kepunahan pendukung alam karena ketidak tahuan. Dibalik tragedi tersebut lahir beberapa orang yang menyerahkan seluruh hidupnya, sebagai garda terakhir yang menjaga alam. Lahir dari warga biasa, yang melihat alam sebagai sahaba, diantaranya penjaga situs keramat sumber mata air, guru ilmu alam, pegiat dan penafsir kebumian, yang telah memberikan sukma dan raganya untuk alam.
Para penjaga bumi diketengahkan dalam seri portrait oleh Deni Sugandi sejak 2013 hingga kini. Diantaranya Darwa, guru sekoah dasar yang aktif mengajak siswanya mencari fosil di sungai Urug Kasang. Ma Iyam Panjalu Ciamis, penjaga sumber mata air di Panjalu, situs hutan keramat Penghulu Gusti Geger Omas, di desa Ciomas, Panjalu Ciamis. Suhor warga desa Pasirgintung, Tasikmalaya yang menjaga batu jasper dari incaran penambang, T. Bachtiar yang selalu menggelorakan praktek kebumian. Peneliti awal gua kars di Indoensia, sekaligus akademisi speleologi yang dikenal sebagai dokter Ko. Jaringan informasi bahaya letusan dan pemantau aktivitas gunung Merapi, disapa Agus Harnyoto di Balerante, Jawa Tengah. Kelompok Museum 13 di Bojonegoro yang telah mengumpulkan ratusan fosil, kemudian dikoleksi untuk menghindari penyelundupan fosil.