Wajah Garda Bumi Indonesia

Dominggos (Lahir 1956) Aktif membantu proses penggalian fosil di Cekungan Soa, Ngada sejak 1970-an. Keturunan raja Nagekeo dari suku Nage-Keo membantu sejak penemuan fosil pertama oleh Theodo Verhoeven di Ola Bula 1956.
Dominggos (Lahir 1956), keturunan raja Nagekeo dari suku Nage-Keo.
Agus Haryoto (Lahir 1978) Relawan jaringan komunikasi radio antar penduduk, untuk warga di lereng Gunung Merapi. Sejak 2008 mengusahakan penyadaran informasi melalui radio dua meteran, bekerja sama dengan pos Pengamatan Gunung Api, untuk memberikan informasi terkini kepada masyarakat di lereng Merapi.
Agus Haryoto (Lahir 1978). Relawan jaringan komunikasi radio antar penduduk, untuk warga di lereng Gunung Merapi.
dr. Ko (lahir 1936) lahir dengan nama lengkap Robby Ko King Tjoen., seorang dokter medis yang memperkenalkan ilmu speleologi, melalui klub Speleologi Caving Indonesia (Specavina) 1979. Melalui kegiatan penelusuran gua, ia telah menyusun materi dasar teknik penelusuran gua, dan memetakan ratusan gua-gua kars di Indonesia.
dr. Ko (lahir 1936), memperkenalkan ilmu speleologi, melalui klub Speleologi Caving Indonesia (Specavina) 1979.
T. Bachtiar (lahir 1958). Penulis buku Bandung Purba: Catatan Perjalanan, dan aktif menulis kebumian serta intepreter geotrek. Tergabung di Anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung.
T. Bachtiar (lahir 1958), Penulis buku Bandung Purba: Catatan Perjalanan, dan aktif menulis kebumian serta intepreter geotrek.
Siti Maryam (lahir 1955) Dikenal juga Ma Iyam Juru Pelihara situs Kiai Panghulu Gusti, Ciomas, Panjalu Ciamis. Termasuk pelestari hutan dan sumber mata air di lingkungan Ciomas.
Siti Maryam (lahir 1955-2021), dikenal juga Ma Iyam Juru Pelihara situs Kiai Panghulu Gusti, Ciomas, Panjalu Ciamis.
Darwa (lahir 1941) Pensiuan guru Sekolah Dasar di Tambaksari, Ciamis, Jawa Barat. Sejak akhir tahun 90-an aktif mengajarkan dan mengajak siswa Sekolah Dasar di Tambaksari, turun dan mengumpulkan fosil di Urug Kasang, Kesadaran ini ia tumbuhkan di siswa pelajar sekolah dasar hinggapertama, dengan cara mencari fosil dan dikenali serta di simpan di museum sekolah.
Darwa (lahir 1941), Pensiuan guru Sekolah Dasar di Tambaksari, Ciamis, Jawa Barat. Sejak akhir tahun 90-an aktif mengajarkan dan mengajak siswa Sekolah Dasar di Tambaksari, turun dan mengumpulkan fosil di Urug Kasang,
img_2090-m13-bojonegoro-2015-deni-sugandi-copy
Kelompok Museum 13 Bojonegoro Nardi, dimun dan Hary Nugroho adalah pegiat fosil sejak 1980-an di kawasan Kalitidu Bojonegoro. Untuk menyimpan rbuan koleksi fosil, kemudian mendirikan Museum 13 di ruangan SDN Panjunan, Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Tengah.

Alam adalah ruang yang kini bisa dibentuk dan ditata demi keberlangsungan hidup, karena manusia merasa bisa menguasai alam. Namun upaya manusia tersebut sering melanggar keseimbangan alam, sehingga ia murka dan menumpahkan segala amarahnya melalu bencana lingkungan, baik itu berupa tanah longsor, banjir, hingga kepunahan pendukung alam karena ketidak tahuan. Dibalik tragedi tersebut lahir beberapa orang yang menyerahkan seluruh hidupnya, sebagai garda terakhir yang menjaga alam. Lahir dari warga biasa, yang melihat alam sebagai sahaba, diantaranya penjaga situs keramat sumber mata air, guru ilmu alam, pegiat dan penafsir kebumian, yang telah memberikan sukma dan raganya untuk alam.

Para penjaga bumi diketengahkan dalam seri portrait oleh Deni Sugandi sejak 2013 hingga kini. Diantaranya Darwa, guru sekoah dasar yang aktif mengajak siswanya mencari fosil di sungai Urug Kasang. Ma Iyam Panjalu Ciamis, penjaga sumber mata air di Panjalu, situs hutan keramat Penghulu Gusti Geger Omas, di desa Ciomas, Panjalu Ciamis. Suhor warga desa Pasirgintung, Tasikmalaya yang menjaga batu jasper dari incaran penambang, T. Bachtiar yang selalu menggelorakan praktek kebumian. Peneliti awal gua kars di Indoensia, sekaligus akademisi speleologi yang dikenal sebagai dokter Ko. Jaringan informasi bahaya letusan dan pemantau aktivitas gunung Merapi, disapa Agus Harnyoto di Balerante, Jawa Tengah. Kelompok Museum 13 di Bojonegoro yang telah mengumpulkan ratusan fosil, kemudian dikoleksi untuk menghindari penyelundupan fosil.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *