Bunyi mesin potong chainsaw itu menjerit pada setiap malam, karena siang hari beberapa Jagawana selalu waspada. Pada malamlah sedikit demi sedikit habitat vegetasi ini digerus untuk kepentingan ekonomi, hingga kini dinyatakan hampir 200 hektar tutupan hutan Sancang sudah terbuka. Itupun untuk cakupan kekayaan flora, tentunya berdampak pula pada faunanya. “Bukan menggunakan kampak lagi, tetapi sudah menggunakan chainsaw!” seru pemuka masyarakat, juga merangkap kuncen. Upaya kami sekarang adalah siap-siap tempur, tutupnya. Kalimat keras yang meluncur tegas dari seorang kang Adang, menyikapi pembalakan liar yang terorganisir.